Sabtu, 05 Mei 2012

Kisah Sukses Brownies Kukus "AMANDA"


ilustrasi brownies kukus amanda 250x187 Brownies Kukus, Kisah Sukses Bisnis Rumahan


Kelezatan brownies kukus ternyata tidak hanya berhasil memikat lidah masyarakat luas, makanan ini ternyata juga memberikan sejarah penting bagi Hj. Sumiwiludjeng dan suaminya H. Sjukur Bc.AP dalam mengawali kisah suksesnya menjalankan bisnis rumahan.
Tentu Anda sudah tidak asing lagi bila mendengar produk brownis kukus dengan merek “Amanda”. Produk yang dulu dikenal sebagai oleh-oleh khas Bandung ini, sekarang gerai dan tokonya sudah bisa diperoleh di kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya dan Medan. Namun siapa sangka bila kesuksesan Amanda yang kini telah berhasil membuka gerai di berbagai kota sampai memiliki pabrik kue, berasal dari bisnis rumahan yang dulunya hanya dikerjakan Sumi dan dibantu anggota keluarganya.

Mengawali bisnis sesuai dengan minat dan bakat, memang merupakan alternatif tepat untuk bisa sukses menjalankan sebuah bisnis. Bermodalkan kemampuan memasak yang didapatkan Sumi ketika mengenyam Pendidikan Kesejahteraan dan Keluarga di IKIP Jakarta, Ia menjalankan bisnis katering rumahan dengan menerima pesanan kue dan makanan untuk acara-acara tertentu.

Di akhir  tahun 1999 Sumi mencoba resep kue bolu kukus yang didapatkan dari salah seorang saudaranya. Ia mencoba resep tersebut hingga berulang-ulang, sampai akhirnya menemukan takaran yang pas untuk bolu kukus tersebut. Dibantu oleh putra sulungnya Joko Ervianto beserta istrinya (Atin), Sumi menawarkan bolu kukus cokelat tersebut sebagai salah satu menu di katering mereka. Berkat kelezatan dan cita rasa bolu kukus cokelat yang unik, produk tersebut dengan mudahnya diminati para konsumen.

Melihat permintaan pasar akan produk tersebut sangatlah bagus, pada tahun 2000 keluarga Sumi memutuskan untuk membuka usaha brownies kukus dengan menggunakan merek Amanda. Nama tersebut merupakan singkatan dari Anak Mantu Damai, yang artinya mengharapkan anak dan menantu bisa selalu hidup rukun dan damai.

Langkah Awal memasarkan brownies kukus Amanda ternyata tidak semulus yang dibayangkan Sumi beserta anak dan mantunya, kios usaha yang dibuka di komplek pertokoan Metro Bandung harus tergusur setelah pertokoan tersebut terbakar. Hingga akhirnya mereka memindah usaha kue tersebut dengan menyewa tempat di kawasan Jl. Tata Surya Bandung. Cobaan tersebut tidak menyurutkan tekad mereka untuk tetap menjalankan bisnis brownies kukus, dengan lokasi usaha yang baru mereka juga merasa tertantang untuk bisa mendapatkan pelanggan baru.

brownies kukus amanda 240x200 Brownies Kukus, Kisah Sukses Bisnis Rumahan Merintis usaha kembali di tempat baru, ternyata memberikan keuntungan tersendiri bagi Amanda. Tak sulit bagi mereka untuk mendapatkan konsumen baru, bahkan minat konsumen semakin meningkat setelah mereka pindah di lokasi baru. Brownies yang diproduksi setiap harinya selalu habis dibeli konsumen, dan tak jarang banyak konsumen yang harus kecewa karena brownies kukus yang ingin dibelinya sudah habis terjual.



Seiring dengan permintaan pasar yang semakin tinggi, membuat tempat usaha yang mereka tempati sudah tidak memenuhi kapasitas produksi. Tahun 2002 Sumi dan keluarganya berpindah lagi ke lokasi usaha baru di Jl. Rancabolang Bandung. Mengulangi kesuksesan di tahun sebelumnya, dari lokasi yang baru kesuksesan brownies kukus Amanda menunjukan kemajuan yang luar biasa. Lokasi yang strategis dan didukung dengan cita rasa brownies kukus yang lezat, mengantarkan bisnis yang dulunya hanya dikerjakan di rumah kini menjadi industri kue yang sangat sukses. Dan pada tahun 2004, merek brownies kukus Amanda resmi dipatenkan menjadi brand produk kue buatan Sumi dan keluarganya.

Dibantu para menantu dan ketiga putranya Joko Ervianto, Andi Darmansyah, dan Sugeng Cahyono, kini brownies kukus Amanda sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di berbagai kota. Dengan menawarkan lebih dari dua puluh varian produk, saat ini penjualan produk Amanda bisa mencapai ribuan kotak untuk setiap harinya di masing-masing cabang. Anda bisa bayangkan bukan, berapa besar keuntungan yang diperoleh keluarga Sumi setiap bulannya?

Semoga artikel ini bisa memberikan inspirasi bisnis bagi para pembaca. Ketekunan, tekad dan kerjasama yang dimiliki keluarga Hj. Sumiwiludjeng berhasil mengantarkan bisnis rumahan menjadi industri besar, serta mewujudkan impian Sumi untuk selalu membuat anak dan mantunya bisa hidup rukun menjalankan usaha bersama.

Oleh karena itu, yakinkan diri Anda bahwa setiap orang memiliki peluang sukses yang sama besar. Andapun juga bisa sukses bila Anda memiliki tekad besar dan berusaha fokus untuk menekuninya. Selamat berkarya dan salam sukses.

Sejarah Coffee Toffee






SEJARAH

Tahun Berdiri

Coffee Toffee didirikan pertama kali pada akhir tahun 2005 di kota Surabaya oleh Bpk. Odi Anindito. Pada awalnya Coffee Toffee hanya sebuah coffee kiosk kecil yang diperuntukan untuk tempat berkumpul kalangan sendiri, teman dan rekan – rekan dekat saja.

Seiring dengan berjalannya waktu, dari sering bertemu dan dari omongan mulut ke mulut ternyata sambutan pasar terhadap produk dan konsep yang ditawarkan cukup bagus. Berbekal hal tersebut, maka di tahun 2006, bpk. Odi menambah dua gerai Coffee Toffee di Surabaya.

Ide Awal

Pada tahun 2004, bpk Odi mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Melbourne, Australia tepatnya di Swinburne University. Sembari kuliah, beliau bekerja part-time di salah satu lokal coffee shop Melbourne. Di tempat inilah, beliau belajar mengenai dunia kopi serta baru mengetahui bahwa Indonesia adalah termasuk tiga negara penghasil kopi terbesar dunia.

Dengan banyaknya brand – brand kedai kopi besar asal luar negeri, adalah sebuah ironi bahwa Indonesia salah satu penghasil kopi terbesar dunia harus membeli minuman – minuman kopi dengan harga yang berlipat – lipat. Adanya fenomena ini membuat, Odi merasa bahwa harus ada kedai kopi yang mampu menyuguhkan produk – produk berkualitas dengan harga yang terjangkau, serta bahwa semaksimal mungkin menggunakan produk produk lokal. Odi merasa bahwa sebagai bangsa Indonesia kita mampu dan harus bangga terhadap produk negeri sendiri. Karena itu kami di Coffee Toffee menyebut bisnis kami sebagai bisnis ‘idealisme dalam romantisme (dunia kopi)’

Perkembangan

Dalam perkembangannya, kami merasa bahwa konsep kerjasama denga pola waralaba adalah salah satu cara terbaik dalam memasarkan produk dan potensi bisnis Coffee Toffee®. Dengan konsep pemasaran ini, Coffee Toffee akan dapat melayani dan menyediakan produk – produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau kepada seluruh pelanggan kami di Indonesia.

Di tahun 2008, Coffee Toffee didaulat sebagai pemenang penghargaan ISMBEA 2008 (Indonesian Small Medium Business Enteprenur Award) di bidang ‘inspiratif bisnis’ serta dipercaya oleh majalah pengusaha sebagai “Bisnis Prospektif 2007’.

Di tahun 2009, Coffee Toffee telah mempunyai 60 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan dipilih sebagai salah satu trend setter di industri kopi ritel Indonesia oleh majalah SWA. Kami di Coffee Toffee mempunyai visi bahwa untuk menjadi kedai kopi lokal yang dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan selalu memberikan produk dan layanan terbaik dengan bahan – bahan baku lokal terbaik dengan harga yang terjangkau.

Dan di tahun 2010, Coffee Toffee telah mempunyai lebih dari 100 cabang/ outlet

Tentang Excelso

Excelso Coffee
Excelso berasal dari kata “So” dan “Excelent” yang digabungkan menjadi “Excelso”. Excelso adalah kedai kopi terbesar di Indonesia. Excelso berada dibawah naungan PT. Excelso Multi Rasa yang berdiri sejak tahun 1990 dan merupakan anak perusahaan dari Kapal Api global–produsen kopi biji terbesar di indonesia yang berdiri sejak tahun 1927. Kedai Excelso pertama kali dibuka di Plaza Indonesia.
Jumlah gerai Excelso saat ini telah mencapai lebih dari 70 buah gerai yang tersebar di lebih dari 17 kota besar di Indonesia, yaitu: Jakarta, Solo, Manado, Palembang, Bogor, Surabaya, Balikpapan, Bandung, Malang, Medan, Yogyakarta, Bali, Pekan baru, Semarang, Makassar, Batam.
Excelso memiliki 3 konsep pelayanan:
de’ Excelso
yaitu konsep cafe resto dengan desain yang lebih mewah dan berbeda di setiap gerainya, pelayanan yang lebih personal, penyajian yang lebih baik serta pilihan makanan dan minuman yang lebih banyak.
Excelso Cafe
dari sebuah kafe sederhana yang didirikan untuk memperkenalkan merk kopi excelso,excelso saat ini telah menjadi trensetter bagi para penikmat gaya hidup minum kopi di indonesia.
Excelso Express
dengan layanan cepat saji dan luas gerai yang kecil serta tampilan desain kreatif minimalis, excelso express cocok untuk mereka yang ingin menikamati kopi secara cepat.
Jenis-jenis kopi yang dapat ditemui di Excelso antara lain:
Single Origin Coffee
*Kopi Indonesia
  • Kalosi Toraja
  • Sumatra Mandheling
  • Java Arabica
  • Excelso Luwak
*Kopi Internasional
  • Jamaican Blue montain
  • Ethiopian Yirgacheffe
  • Brazilian Santos
  • Colombia Supremo
Blend Coffee
  • Excelso House Blend
  • Premium Robusta
  • The Classic
Selain itu di Excelso terdapat pula berbagai minuman dengan campuran kopi baik panas maupun dingin, misalnya beberapa minuman yang sangat terkenal adalah avocado coffee, coffee float, mega mocca shake, pearl coffee dan frappio, yaitu frozzen drink kopi yang sangat nikmat dengan berbagai pilihan rasa. Untuk yang tidak menyukai kopi, tersedia juga berbagai pilihan teh dan minuman dengan bahan dasar buah.

Sejarah Berdirinya J.Co

 
Sejarah J.CO

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_HE_dq8H5yZnk8N6WuWS4dOL90gnfE4TmyndaJvOaB8Q8PKIWRoyH5-vIapO3pW3EEpsDL8izGPJlu2O8Q25f1eyvv7caTxzWXwbcnsTHYNlh-BaQhLHtUDP1isdxb1Sve-OTh09JkOY/s1600/Jco+logo.jpg


J.CO dimiliki oleh Johnny Andrean, seorang pemilik jaringan BreadTalk di Indonesia. J.CO diilhami dari donat USA. Johnny yang sering melakukan perjalanan bisnis ke USA, mendapatkan kesempatan menikmati berbagai jenis donat dengan rasa dan keunikan yang berbeda. Pada mulanya, ia ingin membeli waralaba suatu jaringan pemasaran donat USA, tetapi ia mendapatkan beberapa keterbatasan pada produknya. Keterbatasa itu ada pada bahan baku dan kelemahan dalam pengendalian kualitas.

Jadi, dengan demikian Johnny memutuskan untuk mengembangkan produksi donatnya sendiri tanpa harus membeli francise donat dari USA. Ia memilih untuk menghasilkan bentuk dan rasa donat yang sempurna sebagaimana yang pernah ia coba di USA, dengan memfokuskan secara khusus pada mutu bahan baku dan proses produksi.

Sekembali ke Indonesia, ia kemudian mengembangkan sebuah gerai toko donat dengan konsep, bentuk dan rasa yang mirip dengan gerai donat USA. Johnny sejauh ini telah mengamati bahwa tidak ada satu pun gerai donat di Indonesia yang mempunyai konsep dapur terbuka, karenanya ia memulainya di J.CO. Maka, selain mempunyai rasa yang berbeda, konsep toko juga dibuat sebagai dapur terbuka sehingga konsumen-konsumen dapat melihat berbagai atraksi dalam pembuatan donat, dari mencampurkan bahan-bahan sampai menjadi donat siap dijual.

Donat J.Co dibuat menggunakan mesin-mesin, baik saat mencampurkan bahan-bahan, memasak dan membuat topping donat. Satu-satunya tenaga manusia yang dilibatkan hanya pada saat pencetakan donat. Yang juga menggunakan alat bantu cetakan.
Semua mesin yang digunakan sepenuhnya diimpor dari USA. Begitu juga dengan bahan-bahan dasar, lebih dari 50% diimpor dari luar negeri. Seperti cokelat yang diimpor dari Belgia dan susu dari Selandia Baru. Juga, untuk minuman, bahan-bahannya kebanyakan  diimpor pula. Sebagian kopi bubuk diimpor dari Italia dan Costa Rica. Berdasarkan semua inilah, J.CO diposisikan sebagai produk bermutu premium di pasaran donat Indonesia. 
Sebagian pihak mungkin berpendapat bahwa logo J.CO memiliki kemiripan dengan logo Starbucks, tetapi jika diperhatikan dengan teliti, itu berbeda. Bentuk bulatnya boleh jadi  sama, tapi itu bukanlah sebuah trademark.
J.CO Donuts & Coffee menggunakan simbol burung merak pada logo mereka. Merak ini menyimbolkan keindahan, kerapian, kelembutan dan keabadian.
Keindahan dan kehalusan dicerminkan dari rasa dan bentuk donat. Sementara keabadian dapat dilihat dari kesetiaan konsumen yang bersedia berdiri mengantri panjang di gerai-gerai hanya untuk mendapatkan donat J.CO favorit mereka.

Masing-masing donat dinamai secara kreatif berdasarkan topping dan rasa. Hal ini menciptakan suatu keunikan dan mudah untuk diingat, sebagai contoh, Chees Me Up adalah nama untuk donat dengan keju leleh di lapisan atas. Tira Miss U adalah nama untuk donat dengan topping tiramisu.

Johnny membutuhkan tiga tahun sebelum meluncurkan J.CO Donuts & Coffee ke pasar Indonesia. Tiga tahun digunakannya untuk mempersiapkan standar dan prosedur produksi, pemilihan bahan baku, memperbaiki mutu dan proses produksi produk, serta operasional bisnis.

Bagaimana pun, J.CO telah hadir di pasar Indonesia. Toko yang pertama dibuka di Supermall Karawaci Tangerang (tidak jauh dari Jakarta) pada tanggal 26 Juni 2005. J.CO Donuts & Coffee di Indonesia semuanya dikendalikan dan dimiliki oleh Jhonny sendiri, sedangkan toko-toko di luar negeri diwaralabakan, yang mana kita mengetahui bahwa waralaba J.CO Donuts & Coffee Singapura dimiliki oleh kelompok BreadTalk.

JCO kini dibuka untuk waralaba dan menyebar luas ke luar negeri. Keep J.CO-ing and enjoy…